Ternyata Begini Kehidupan Orang Belanda di Indonesia saat Perang Revolusi Kemerdekaan tahun 1945


 Suasana Indonesia jaman Revolusi dan suasana kota kota di Indonesia.

Silahkan lihat videonya disini






Potret suasana kota Jakarta dan beberapa daerah di Indonesia yang berada dalam pendudukan tentara Sekutu dan Belanda pada bulan Oktober-Desember tahun 1945, ketika masa-masa awal Revolusi Nasional Indonesia. Pasca proklamasi kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1945, tentara Sekutu datang ke Indonesia, bermaksud melucuti tentara Jepang dan memulihkan ketertiban. Namun, kedatangan mereka ternyata ditunggangi oleh Belanda yang bermaksud hendak merestorasi pemerintahan kolonialnya di bekas wilayah Hindia Belanda
Tayangan ini menampilkan anak-anak Belanda yang tampak kembali bersekolah meski dalam keadaan seadanya, tentara Belanda yang bertugas di daerah tengah menerima bingkisan dalam rangka Natal, anak-anak dan warga lokal yang dibawa ke balai palang merah untuk menerima bantuan, dan suasana kawasan eks Balai Kota Batavia (sekarang Museum Sejarah Jakarta, Kota Tua) dengan beberapa gedung-gedung di sekitarnya yang tampak rusak karena dampak perang, serta tentara Jepang yang terlihat berjaga di salah satu sudut jalanan.

Lokasi: Indonesia ( Jakarta, solo dan daerah lain )
Tahun: 1930-1949

'Revolusi! Kemerdekaan Indonesia' di Belanda dan istilah periode 'Bersiap' yang memantik polemik
Dalam perkembangan terkini, Direktur Rijksmuseum Taco Dibbits mengatakan sejarawan Indonesia Bonnie Triyana menulis artikel opini tentang menghapuskan terminologi 'Bersiap' atas pendapat pribadi dan "tak diakui" oleh Museum Kerajaan Belanda.

"Artikel itu ditulis dengan kapasitas pribadi," kata Dibbits dalam wawancaranya dengan harian NRC yang terbit Jumat (14/01), media sama yang memuat tulisan opini Bonnie Triyana pada 10 Januari. "Dalam artikel itu, Bonnie Triyana mengindikasikan dirinya secara pribadi memilih untuk tidak menggunakan istilah itu," lanjut Dibbit, seraya menekankan Rijksmuseum "tidak melarang istilah 'Bersiap' di mana pun". Tulisan Bonnie ini menjadi pusat kontroversi yang membuat Belanda geger beberapa hari terakhir. Selain tekanan publik kepada museum, laporan hukum dilayangkan kepada Bonnie Triyana, dan isu ini dibawa ke parlemen Belanda. Hingga Sabtu (15/01) pagi, Bonnie tak menjawab permintaan BBC News Indonesia untuk mengomentari perkembangan terbaru ini. Masih dalam wawancara yang sama dengan NRC, Dibbits juga mengatakan bahwa kurator-kurator yang lain "tidak memiliki opini yang sama" dengan sejarawan Indonesia tersebut dan pihaknya "tidak mengetahui" ataupun "meninjau" tulisan itu sebelum terbit. Lewati Podcast dan lanjutkan membaca Podcast Dunia Pagi Ini BBC Indonesia Dunia Pagi Ini BBC Indonesia BBC Indonesia mengudara pada Pukul 05.00 dan 06.00 WIB, Senin sampai Jumat Episode Akhir dari Podcast Pernyataan Dibbits ini bertentangan dengan apa yang dituliskan Bonnie sebelumnya: "...tim kurator memutuskan tidak menggunakan istilah 'Bersiap' sebagai terminologi umum yang merujuk pada periode kekerasan di Indonesia selama revolusi" dan bahwa saat istilah ini dipakai "secara umum", maka ia "memiliki konotasi rasis yang kuat". Bonnie adalah satu dari dua kurator tamu dari Indonesia untuk pameran Revolutie! Indonesie onafhankelijk — Revolusi! Kemerdekaan Indonesia — yang rencananya digelar mulai 11 Februari mendatang. Kurator tamu Indonesia lainnya adalah Amir Sidharta; sementara dua kurator lain untuk pameran ini dari Belanda, Harm Stevens dan Marion Anker. Jeffry Pondaag, Ketua Yayasan Komite Utang Kehormatan Belanda (KUKB), mengatakan Bonnie "terjebak" dalam posisinya kini. "[Tulisan opini Bonnie] tidak dianggap serius oleh Taco Dibbits, dan saya merasa kasihan pada dia. Mungkin orang Indonesia itu terlalu baik dan Bonnie kurang tahu," menurut Pondaag, melalui telepon kepada BBC News Indonesia, Sabtu (15/01). Organisasi pimpinan Pondaag telah berhasil memenangi sejumlah kasus yang menuntut pemerintah Belanda atas pembantaian 1945-1950 di pengadilan banding Belanda di Den Haag. Bagi Jeffry, kontroversi baru-baru ini menunjukkan bahwa pihak Belanda hingga kini masih belum mau mengakui kolonialisme selama 3,5 abad di Indonesia sebagai tindak kejahatan. Sebelumnya, penjelasan sama terkait sikap Rijksmuseum atas penggunaan istilah 'Bersiap' diberikan oleh juru bicara museum itu kepada BBC News Indonesia melalui email. "Istilah itu tidak digunakan sebagai istilah umum yang dipakai untuk semua aksi kekerasan yang dilakukan beragam kelompok dari pihak berbeda pada bulan-bulan awal setelah Proklamasi. Tapi istilah itu akan digunakan untuk menjelaskan — dalam pameran ini — rujukan periode sejarah Belanda secara spesifik dan [istilah] itu tidak dipakai dalam sejarah Indonesia," jelas email itu.
Polemik muncul di Belanda saat Federatie Indische Nederlanders (Federasi Belanda-Indisch - FIN) menyatakan keberatan pada sejarawan Bonnie Triyana, Selasa (11/01), atas tulisan opininya di media berhaluan liberal NRC.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Ternyata Begini Kehidupan Orang Belanda di Indonesia saat Perang Revolusi Kemerdekaan tahun 1945"

Posting Komentar